[Creepypasta] Malam Puncak Part 2: Rekayasa

Lanjutan dari kisah malam puncak part 1
Silahkan menikmati^^ mungkin agak sedikit lebih panjang

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------

Setelah melewati malam ganjil penuh keanehan yang tidak dapat dinalar oleh pikiran, mata kami semua berusaha terpejam dalam kondisi yang kurang nyaman. Sebagian besar dari panitia tidur dalam tenda dengan alas tikar tipis, sebagian lain memilih tidur di pos tak jauh dari tenda dan seseorang memilih tidur dalam mobil pick up di parkiran.

Menjelang pagi, tubuhku beringsut. Dinginnya hawa itu menusuk kaki menembus alas sepatu yang sengaja tak dilepaskan. Berusaha mendekap jaket tebal, aku berjalan keluar tenda. Gumpalan asap keluar beriringan dengan napas.

Di luar tenda seorang lelaki muda menghampiri dengan baju yang sama.
"Udah bangun?" tanyanya.
"Ga bisa tidur, mau ke masjid aja" jawabku dengan nada sedikit ragu.
"Eh si Raffi mana?" lelaki itu menanyakan keberadaan sang ketua logistik yang saat itu menjadi satu-satunya orang yang memilih untuk tidur didalam mobil.
"Bukannya tadi malem bilangnya mau tidur di pick up?" jawabku pasti karena jelas aku tahu dimana dia, karena akulah sekertarisnya.
"Lah tadi ga ada" seru lelaki itu bersikeras.
"Bentar aku cek, awas aja kalo ada!" jawabku sedikit kesal.

Berlari kecil menuruni tangga menuju mobil pick up milik tim logistik kami diparkir tak jauh dari tenda. Perlahan menundukkan kepala, berusaha melihat ke dalam mobil melalui kaca, tapi sia-sia karena kondisi terlalu gelap.

Akhirnya aku mengetukkan kaca pintu mobil. Tak ada jawaban.

Hingga kedua kalinya aku mengetuk dan berteriak keras. "Raffi Subuh WOI!!" Ada sedikit guncangan dalam mobil.

Kemudian ada ketukan balik dari dalam disusul teriakan Raffi.
"BUKA HAN PINTUNYA DARI LUAR SEKARANG!"
Dengan segera aku membuka pintu mobil dalam sekali hentakan. Terkejut karena Raffi ikut terjungkal keluar, badannya yang tinggi besar memperlihatkan raut wajah panik sekaligus ketakutan. Tanpa komando aku menutup kembali pintu mobil dengan keras.

Napasnya memburu, tangannya gemetar memegang handphone. Penasaran aku bertanya.
"Kenapa?"
Raffi melirikku dengan wajah panik, kemudian menarik napas panjang dan membuangnya keras-keras.
"Sumpah, tadi malem itu.." perkataannya terhenti, sewaktu tak sengaja matanya melirik mobil. Dan refleks aku mengikuti arah pandangannya. Kau pasti tak ingin tahu apa yang kami berdua lihat saat itu. Karena setelahnya kami berlari cepat menuju tenda panitia sambil berteriak yang membangunkan semua orang.

Menjadi bahan tontonan semua panitia membuat kami berdua salah tingkah. Kami tertawa untuk menutupi rasa takut. Setelahnya kami bergerombol menuju masjid untuk melakukan shalat Subuh.

Saat berada di selasar masjid, Raffi berada disebelahku untuk mengenakan sepatunya. Matanya melirik kanan dan kiri, tidak tenang. Kemudian berbisik pelan kepadaku.
"Liat kan?"tanyanya.
"Kenapa? Jangan-jangan digangguin ya?" tawaku pecah, meledek.
"Ini dimasjid kan? Sumpah tadi malem masa ngetok-ngetok kaca mulu, mana nemplok pula" Raffi meringis ngeri.
"Pengen maen kali tuh, makanya jangan maenan game mulu!" balasku ketus.
"Ah gue kapok tidur di mobil lagi" Raffi merebahkan tubuhnya jatuh ke belakang, "mending tidur disini aja lebih aman"
Melihatnya dari ujung mataku, dengan sedikit hentakan aku berdiri. "Duluan yak! Jangan lupa jam 6 jemput peserta woi!"
Tanpa menunggu balasan, aku meninggalkan Raffi yang mulai terlelap dan berjalan kembali menuju tenda bersama yang lain.

Sesampainya di depan tenda aku melirik mobil pick up yang sudah tak lagi berada di tempatnya. Saleh salah satu anggota menggunakannya untuk memindahkan kayu bakar menuju lapangan. Tanpa memperdulikannya, segera saja aku masuk ke dalam tenda dan sarapan dengan yang lain.

Baiklah akan aku ceritakan apa yang sebenarnya terjadi~
### (rewind)
Malam sebelumnya saat mobil pick up datang terlambat, kami para anggota logistik segera bongkar muat. Namun ada kejanggalan yang sampai saat ini masih mengganjal di kepalaku. Kuingatkan tempat acara kami, memang terkenal angker, bahkan para tentara mewanti-wanti kami untuk berhati-hati saat menggunakan lapangan karena penunggunya adalah Mr. G yang sangat besar. Begitulah yang kudengar.

Saat salah satu galon kosong terjatuh dari mobil, aku segera mengambilnya. Secara otomatis aku harus menundukkan kepalaku ke bawah mobil. Tanpa sengaja aku melirik ke seberang lain mobil, tepat dimana seharusnya Raffi berdiri. Tapi yang membuat keterkejutanku berlipat adalah, sosok disamping kaki Raffi berdiri makhluk lain. Kau tahu Mr. G? Tapi dalam versi mininya. Sebenarnya aku tak melihat sosok utuhnya, tapi hanya bagian kakinya yang berbulu hitam dan pendek.

Kembali menengadahkan kepalaku, benar saja tak ada siapapun disamping Raffi. Setelahnya aku berlari menuju tangga yang berada di belakang Raffi (sisi lain mobil) tanpa berbalik. Hanya sebuah rekayasa optik malam hari, itulah perkiraanku.

Perkiraanku benar-benar meleset, tepat setelah mengeluarkan Raffi dari mobil yang bahkan tak terkunci tapi Raffi bilang sebaliknya. Selama semalaman dia terkunci dalam mobil. Tepat diatas mobil menyembul sejenis kepala berukuran kecil yang dipenuhi rambut hitam seluruhnya tanpa wajah. Dengan 2 titik merah yang kami anggap sebagai mata menatap kami. Hal itulah yang membuat kami berteriak dan berlari ketakutan.

Rekayasa optik mana lagi yang dapat memecahkan kejadian itu 2 kali berturut-turut bagi Raffi, dan berkali-kali bagiku. Karena ternyata itu bukanlah terakhir kalinya aku bertemu makhluk seperti itu hanya dalam waktu 1 hari 2 malam. Entahlah apakah aku akan bertemu dengan makhluk yang sama ataukah dia memanggil temannya? Aku tak mau tahu.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------

Cerita selanjutnya berkisah tentang seorang sekertaris logistik yang menjaga bunker (sebutan bagi tenda/tempat istirahat) seorang diri, tidak hanya satu melainkan 2 bunker sendirian.
Berharap ditemani, dan benar saja ditemani tapi... kau bahkan tak ingin tahu siapa yang menemaniku bukan?
~Nantikan cerita selanjutnya dalam Malam Puncak Part 3: Teman~

Komentar

Postingan Populer